Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim....
Welcome guys, hari ini mau berbagi Pengetahuan
lagi nih. Semoga dengan berbagi Ilmu yang bermanfaat dapat menjadi AMAL JARIAH
yang tidak terputus amal pahalanya, Amin... Langsung aja yah, ni ada postingan
saya mengenai Teori Kepemimpinan dan beberapa yang terkait. Salah satu Jawaban Ujian dalam Mata Kuliah Kepemimpinan pada Kamis, 4 Juni 2015.
KLIK YA, mari kita ramaikan khasanah KARYA TULIS
Indonesia...
Semoga dapat membantu serta mohon komentar, kritik
dan saran membangunnya. Silahkan dishare ya, biar sama-sama dapat Pahala,
Amiiin... Terima kasih ^_^
TEORI KEPEMIMPINAN
1.
Jelaskan
secara singkat empat teori kepemimpinan yang sudah dipelajari. Dari ke-empat
teori kepemimpinan tersebut, teori mana yang paling tepat menurut Saudara diterapkan
pada Unit Saudara? Mengapa demikian? (Nilai = 15)
Jawaban:
Secara singkat 4 teori
kepemimpinan yaitu sebagai berikut,
a.
Teori Sifat Kepemimpinan
Teori sifat kepemimpinan
merupakan teori yang berdasarkan pandangan bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang
pemimpin. Yaitu, kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau
ciri-ciri dimilikinya, seperti (1) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; (2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; (3) kemampuan
untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Dengan berbagai keunggulan yang
dimiliki pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin akan selalu dapat dipertahankan,
sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara. Kepemimpinan yang menganut
prinsip “keteladanan” akan berhasil melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya apabila
prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
b.
Teori Perilaku Kepemimpinan
Teori prilaku kepemimpinan
merupakan teori yang memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku (perilaku), dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Beberapa
ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang
dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara
efektif, yang berdasarkan fungsi-fungsi atau peranan pemimpin di dalam kelompok
dan melihat cara pemimpin melakukannya, disini berbicara perilaku yang nampak
pada pemimpin. Yaitu, fungsinya
adalah kelompok aktivitas sama jenis yang erat kaitannya baik karena sifatnya
maupun karena pelaksanaannya, seperti (1) Penentu arah untuk mencapai tujuan organisasi, (2) Sebagai
wakil dan juru bicara organisasi, (3) Sebagai komunikator yang efektif, (4) Sebagai
mediator, dan (5) Sebagai integrator.
Dengan berbagai keunggulan yang
dimiliki pemimpin, yang dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau
membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi
yang baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien, dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai ketentuan waktu perencanaan.
Teori ini berhasil dalam mengidentifikasi hubungan yang konsisten antara pola
perilaku pemimpin dengan kinerja kelompok.
c.
Teori Kepemimpinan Situasional
Teori kepemimpinan situasional
merupakan teori yang memandang kepemimpinan dengan gaya atau perilaku tertentu
yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.
Yaitu faktor situasional seperti (1) Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas; (2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; (3)
Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; (4) Norma yang dianut kelompok; (5) Rentang
kendali; (6) Ancaman dari luar organisasi; (7) Tingkat stress; dan (8) Iklim
yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan
seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan
menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan
situasi tersebut.
d.
Teori Kepemimpinan Transformasional
Teori kepemimpinan
transformasional merupakan teori yang memandang kemampuan pemimpin dalam
mengubah lingkungan kerja, memotivasi dan menginspirasi bawahan, menerapkan
pola kerja dan nilai-nilai moral, menghargai dan memperhatikan kebutuhan
bawahan sehingga bawahan akan lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai
tujuan organisasi (mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi).
Kepemimpinan transformasional
juga merupakan model kepemimpinan yang dipertentangkan dengan model
kepemimpinan transaksional. Yaitu, kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Sedangkan, kepemimpinan transaksional pada hakekatnya
menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan
para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin
transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas
organisasi.
Teori yang tepat bagi unit kerja
saya, Inspektorat Kota Padang Panjang adalah;
Berdasarkan
beberapa uraian di atas, teori kepemimpinan yang paling tepat untuk bagi Inspektorat
Kota Padang Panjang adalah teori kepemimpinan transformasional karena pemimpin
transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu
untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi kerja.
Namun, teori ini tidak
secara mutlak yang terbaik bagi unit kerja saya karena teori lain dan kombinasinya
juga cukup bagus seperti teori sifat kepemimpinan. Teori sifat
kepemimpinan menganut prinsip
“keteladanan” yang sesuai dengan hakekat unit kerja saya yaitu sebagai
organisasi audit internal dan menjadi subjek keteladanan bagi semua organisasi
dalam lingkungan Pemerintahan Kota Padang Panjang, maka pemimpin unit kerja
saya juga perlu menggunakan teori sifat kepemimpinan.
2. Jelaskan secara singkat hubungan tingkat
kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan dalam teori kepemimpinan
situasional? Gaya kepemimpinan mana yang paling efektif dalam pencapaian tujuan
Unit Saudara? Mengapa demikian? (Nilai = 15)
Jawaban:
Secara singkat hubungan tingkat
kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan dalam teori kepemimpinan
situasional adalah sebagai berikut,
Tingkat
Kematangan Bawahan
|
Gaya Kepemimpinan
|
M1. Adalah karyawan yang tidak
memiliki keterampilan khusus yang diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan
tidak mau melakukan atau mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau tugas.
|
G.1. Telling – menyuruh, pemimpin
me-netapkan peran yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas dan
memerintahkan para pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan kapan melakukan
tugas tersebut.
|
M2. Adalah bawahan yang tidak dapat
mengambil tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, namun mereka bersedia
bekerja pada tugas. Mereka adalah pemula tapi memiliki antusiasme dan
motivasi.
|
G.2. Selling – menjual, yaitu
pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga bersifat supportif.
|
M3. Adalah karyawan yang
berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi tidak memiliki keyakinan atau
kemauan untuk mengambil tanggung jawab.
|
G.3. Participating –
berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya bersama-sama memutuskan
bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan.
|
M4. Mereka berpengalaman pada
tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan
baik. Mereka mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi
untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut.
|
G.4. Delegating – delegasi, yaitu
pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang jelas dan spesifik ataupun
dukungan pribadi kepada para pengikutnya.
|
Gaya kepemimpinan yang paling efektif
bagi unit kerja saya, yaitu Inspektorat Kota Padang Panjang adalah
Delegating/delegasi.
Karena Inspektorat
memiliki bawahan yang terdiri dari auditor-auditor yang berpengalaman pada
tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan
baik. Mereka juga mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi
untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut. Oleh sebab itu gaya
kepemimpinan delegating sangat efektif bagi unit kerja saya.
3. Menurut pendapat Saudara apa perbedaan yang
mendasar antara kepemimpinan transformasional dengan salah satu teori
kepemimpinan yang Saudara ketahui? Bagaimana gaya kepemimpinan transformasional
ini diterapkan di Unit Saudara (Nilai = 15)
Jawaban:
Menurut saya secara mendasar
perbedaan antara kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan situasional adalah
sebagai berikut,
Teori kepemimpinan
transformasional pada dasarnya menekankan kepemimpinan yang perlu memotivasi
para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka
harapkan (membaca kondisi bawahan).
Sedangkan, Teori kepemimpinan situasional pada dasarnya memandang kepemimpinan
dengan gaya atau perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan
faktor waktu dan ruang (membaca situasi
kerja).
Penerapan gaya
kepemimpinan transformasional pada unit kerja saya yaitu Inspektorat Kota
Padang Panjang, adalah dengan cara mencapai moralitas dan motivasi yang tinggi.
Yaitu, melalui proses mengubah lingkungan kerja menjadi kondusif, memotivasi
dan menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja dan nilai-nilai moral,
menghargai dan memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga bawahan kami akan lebih
mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan Inspektorat Kota Padang Panjang.
4. Menurut Saudara faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan secara efektif dan
jelaskan mengapa? Bagaimana kriteria komunikasi yang efektif? Jelaskan dengan
singkat pengalaman Saudara tentang komunikasi yang efektif/tidak efektif. (Nilai = 15)
Jawaban:
Menurut saya faktor-faktor yang
menyebabkan komunikasi dalam organisasi tidak berjalan secara efektif karena terdapatnya
hambatan dalam komunikasi tersebut, berikut ini beberapa hambatan komunikasi
dengan penjelasannya;
a.
Hambatan sosio-antro-spikologis
Hambatan ini adalah hambatan yang
dilihat pada pemerima pesan/komunikan yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, yakni:
-
Sosiologis
Yaitu hambatan yang terdiri dari
pergaulan hidup yang bersifat pribadi seperti dalam kehidupan rumah tangga; dan
pergaulan hidup yang tidak pribadi, dinamis dan rasional seperti di kantor atau
dalam organisasi.
-
Antropologis
Yaitu manusia yang dilahirkan dan
ditakdir berbeda-beda: postur, warna kulit, ras, agama dan kebudayaan termasuk
berbeda dalam gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasanya. Misalnya, lewat media
televisi, masakan daging babi lezat sekali. Sebagian pemirsa (komunikan) hanya
menerimanya secara accepted/rohani dan tidak secara received/inderawi.
-
Psikologis
Yaitu hambatan yang disebabkan
komunikator tidak mengkaji keadaan diri komunikan. Biasanya sulit berhasil
apabila si penerima/komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, iri
hati dan kondisi psikologis lainnya. Komunikan/penerima pesan bisa saja menaruh
prasangka (prejudice) kepada komunikator.
b.
Hambatan semantik
Hambatan
sosio-antro-psikologis terdapat pada komunikan/penerima pesan, sedangkan
hambatan semantik terdapat pada komunikator. Yaitu bahasa yang digunakan
komunikator tidak tepat/pas/jelas, karena mungkin terlalu cepat
berbicara/penyampaiannya sehingga menimbulkan salah pengertian yang berakibat
salah pengertian (miscommunication). Misalnya: maksudnya mengatakan kedelai
terucap keledai; maksudnya demokrasi terlontar demonstrasi; maksudnya
partisipasi terlontar/terdengar partisisapi.
Gangguan semantik
disebabkan pula oleh aspek antropologis: kata-kata yang sama tulisan maupun
ucapannya tetapi berbeda artinya, misalnya: rampung (bagi orang sunda dan orang
jawa memiliki arti yang berbeda masing-masingnya); atos (antara orang jawa dan
sunda); bujang (antara orang sunda dan sumatra).
c. Hambatan mekanis/teknis
Hambatan yang pada umumnya
terdapat pada media yang diguanakan, seperti telepon, televisi, radio, surat
kabar yang tidak mungkin dapat diatasi oleh komunikator maupun komunikan.
d.
Hambatan ekologis
Hambatan yang terjadi disebabkan
oleh gangguan lingkungan pada saat proses berlangsungnya komunikasi, seperti:
suara bising, hujan, petir, suara pesawat dan sebagainya.
Menurut saya kriteria komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang sebagai
berikut;
a.
Berhasil membina pengertian,
b.
Berhasil menyampaikan pesan,
c.
Berhasil membuat komunikan memberikan tanggapan yang dikehendaki komunikator,
dan
d.
Berhasil mengubah tingkah laku komunikan ke arah yang dikehendaki
komunikator (efek/dampak yang dikehendaki komunikator).
Dengan demikian komunikasi yang
efektif merupakan komunikasi yang berhasil mencapai tujuan dari proses
komunikasi yang sesuai dengan harapan dan tujuan dari komunikator maupun
komunikan. Karena selain adanya tujuan komunikator berkomunikasi, komunikan
juga memiliki tujuan tertentu terhadap komunikasi yang diterimanya.
Singkat pengalaman saya tentang
komunikasi yang efektif/tidak efektif adalah sebagai berikut;
Komunikasi yang
efektif merupakan tingkat pencapaian tujuan dari komunikasi tersebut dengan
hasil atau dampak dari komunikasi itu sendiri, seperti;
a.
Dampak kognitif, yaitu penerima pesan menjadi tahu atau meningkat
intelektualitasnya atau mengubah pikiran dari komunikan,
b.
Dampak efektif, yaitu penerima pesan tidak hanya tahu, tapi tergerak
hatinya atau menimbulkan perasaan tertentu. Seperti iba, terharu, sedih,
gembira, marah, dan sebagainya.
c.
Dampak psikomotorik/behavioral/perilaku, yaitu dampak yang timbul pada
perubahan perilaku, tindakan, kegiatan dan ucapan penerima pesan.
Sedangkan
komunikasi yang tidak efektif merupakan tidak tercapainya sebagian atau seluruh
tujuan dari komunikasi tersebut, yang dapat disebut sebagai kegagalan komunikasi.
5. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud
dengan pengambilan keputusan? Mengapa pengambilan keputusan itu penting dalam
kepemimpinan? Bagaimana melakukan pengambilan keputusan yang baik dan benar?
Bagaimana menurut Saudara tentang keputusan penunjukan pansel ketua KPK yang
terdiri dari 9 (sembilan) wanita? (Nilai
= 20)
Jawaban:
Secara singkat yang dimaksud
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang
ada sebagai pemecahan suatu masalah melalui merumusan masalah dan berbagai
alternatif pemecahan masalah sehingga keputusan dapat diterima oleh semua
pihak.
Dengan demikian, pengambilan keputusan pada hakekatnya merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan
suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua
pihak. Jadi,
keputusan merupakan final dari pemilihan alternatif yang diambil dengan
sengaja, tidak secara sembarangan maupun kebetulan serta harus efektif, efisien
dan rasional.
Pengambilan keputusan penting
dalam kepemimpinan, karena hasil pengambilan keputusan seorang pemimpin (sebuah
keputusan) berpengaruh terhadap pengikutnya yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap kualitas pencapaian tujuan dari proses kepemimpinan. Oleh
sebab itu, dalam kepemimpinan penting untuk dapat mengambil keputusan yang
tepat sesuai dengan teknik pengambilan keputusan serta harus efektif, efisien
dan rasional.
Cara pengambilan keputusan yang baik dan benar adalah melalui tahapan dan
sub-sub tahapan sebagai berikut,
a.
Tahap indentifikasi,
Yaitu pengambilan keputusan
diawali dengan mengintai dan mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan,
melalui proses;
-
mengenali adanya suatu masalah
-
mendefinisikan masalah dan tujuan, yaitu kegiatan pendeskripsian tugas
secara tepat
-
menganalisis masalah
b.
Tahap desain,
Yaitu pengambilan keputusan
menemukan, mengembangkan alternatif keputusan dan menganalisis kemungkinan dari
keputusan yang akan diambil, melalui proses;
-
mengumpulkan data-data yang relevan
-
menggambarkan alternative pemecahan masalah
-
mengidentifikasi alternatif-altenatif yang dapat dipilih
-
memilih kriteria untuk menentukan
alternatif terbaik
-
membangun hubungan antara tujuan, alternatif, data, dan kriteria yang dipilih
untuk dijadikan sebuah model
-
memperkirakan akibat-akibat yang ditimbulkan dari setiap alternatif
c.
Tahap pemilihan,
Yaitu pengambil keputusan memilih satu dari sekian
banyak alternative yang akan dipilih dengan menggunakan pertimbangan, analisis
logis, basis sistematis atau melalui proses;
-
pemilihan alternatif terbaik yang efektif, efisien dan rasional untuk
mencapai tujuan
-
pelaksanaan alternatif yang terpilih
-
memantau dan mengevaluasi hasil keputusan
Menurut saya tentang
keputusan penunjukan pansel ketua KPK yang terdiri dari 9 (sembilan) wanita merupakan keputusan yang tepat,
apabila keputusan tersebut telah melalui tahapan pengambilan keputusan yang
benar sehingga efektif, efisien dan rasional.
Sedangkan
analisis terhadap keputusan penunjukan
pansel ketua KPK yang terdiri dari 9 (sembilan) wanita, apabila dilihat sebagai
keputusan yang mempertimbangkan gender (wanita) maka keputusan tersebut
merupakan keputusan yang efektif, efisien dan rasional. Karena secara teori
pengambilan keputusan, gender (pengambil keputusan/pemimpin sebagai subjek)
yang merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Namun dalam
pembahasan ini gender terdapat pada objek keputusan, maka tidak ada pengaruh
terhadap pengambilan keputusan.
Adapun
dasar pengambilan keputusan ini, tentunya melalui intuisi, pengalaman, fakta, wewenang,
logika/rasional (kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif, preferensi
yang jelas dan hasil maksimal dari pemilihan alternatif). Maka keputusan
tersebut merupakan keputusan yang efektif, efisien dan rasional.
6. “Konflik itu negatif. Oleh karena itu perlu
dihindari”. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Mengapa setuju/tidak
setuju? Apabila Saudara seorang pemimpin, bagaimana memecahkan konflik yang
terjadi dalam tubuh partai politik Golkar atau PPP yang memiliki dua ketua Umum
yang berbeda? (Nilai = 20)
Jawaban:
Setuju, karena apabila konflik
tersebut berdampak negatif maka perlu untuk menghindari konflik tersebut.
Namun, menurut saya konflik tidak hanya berdampak negatif karena juga memiliki
dampak positif. Yaitu, dampak positif konflik sebagai berikut;
a.
Meningkatkan solidaritas in-group yang mengalami konflik dengan kelompok
lain
b.
Meningkatkan kedisiplinan pegawai
c.
Meningkatkan hubungan kerjasama yang produktif
d.
Meningkatkan motivasi kerja untuk melakukan kompetisi prestasi secara sehat
e.
Mengurangi tekanan dan intrik yang dapat menyebabkan stress
f. Meningkatkan pengembangan karir pegawai.
Dengan demikian,
konflik tidak selalu berdampak negatif dan perlu dihindari karena konflik dapat
memberikan makna dan fungsi tertentu.
Apabila sebagai seorang pemimpin dalam memecahkan konflik yang terjadi dalam tubuh partai
politik Golkar atau PPP yang memiliki dua ketua Umum yang berbeda, yaitu;
1.
Sebagai pemimpin partai, maka dalam memecahkan konfik dilakukan secara
internal partai sebelum penyelesaian dengan pihak lain sebagai mediasi. Adapun
tahapan penyelesaiannya sebagai berikut:
a. Kompomi/negosiasi, yaitu
menyelesaikan konflik dengan semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat
pada keinginan bersama.
b. Smootting, yaitu menyelesaikan
konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik.
c. Kolaborasi, yaitu memberikan
strategi “win-win solution” kepada masing-masing pihak konflik.
d. Mediasi, yaitu menyelesaikan
konflik dengan menggunakan pihak lain (ketiga) dalam menyelesaikan konflik
sebagai mediator.
2.
Sebagai pemimpin negara, maka dalam memecahkan konflik pada awalnya
diserahkan kepada internal partai, namun apabila tidak terpecahkan dapat diberikan
alternatif pemecahan masalah dengan cara mediasi, yaitu menyelesaikan konflik
dengan menggunakan pihak lain (ketiga) dalam menyelesaikan konflik sebagai
mediator.
3.
Sebagai pemimpin yang konflik, maka dalam memecahkan konflik dapat
dilakukan tahapan sebagai berikut;
a. Akomodasi, yaitu menyelesaikan konflik
dengan berusaha menyenangkan hati pihak lawan konflik, agar pihak tersebut
kiranya bersedia menempatkan kepentingannya dibawah kepentingan yang lain.
b. Menghindar, yaitu menyelesaikan
konflik dengan memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan konflik.
Namun secara umum, penyelesaian
konflik partai yaitu dengan membangun kesadaran bahwa dalam partai memiliki
ideologi dan tujuan bersama yang harus dicapai serta harus diwujudkan dengan
mengemukakan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan maupun pribadi.
Sehingga konflik dapat diminimalisir bahkan dihilangkan untuk mewujudkan tujuan
bersama dan sebagai wujud integritas terhadap partai.