Rabu, 24 Juni 2015

Empat 4 Teori Kepemimpinan

Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim....
Welcome guys, hari ini mau berbagi Pengetahuan lagi nih. Semoga dengan berbagi Ilmu yang bermanfaat dapat menjadi AMAL JARIAH yang tidak terputus amal pahalanya, Amin... Langsung aja yah, ni ada postingan saya mengenai Teori Kepemimpinan dan beberapa yang terkait. Salah satu Jawaban Ujian dalam Mata Kuliah Kepemimpinan pada Kamis, 4 Juni 2015.

KLIK YA, mari kita ramaikan khasanah KARYA TULIS Indonesia...

Semoga dapat membantu serta mohon komentar, kritik dan saran membangunnya. Silahkan dishare ya, biar sama-sama dapat Pahala, Amiiin... Terima kasih ^_^



TEORI KEPEMIMPINAN

1.      Jelaskan secara singkat empat teori kepemimpinan yang sudah dipelajari. Dari ke-empat teori kepemimpinan tersebut, teori mana yang paling tepat menurut Saudara diterapkan pada Unit Saudara? Mengapa demikian? (Nilai = 15)
Jawaban:
Secara singkat 4 teori kepemimpinan yaitu sebagai berikut,

a.      Teori Sifat Kepemimpinan
Teori sifat kepemimpinan merupakan teori yang berdasarkan pandangan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Yaitu, kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri dimilikinya, seperti (1) Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; (2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; (3) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara. Kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan” akan berhasil melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

b.      Teori Perilaku Kepemimpinan
Teori prilaku kepemimpinan merupakan teori yang memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku (perilaku), dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif, yang berdasarkan fungsi-fungsi atau peranan pemimpin di dalam kelompok dan melihat cara pemimpin melakukannya, disini berbicara perilaku yang nampak pada pemimpin. Yaitu, fungsinya adalah kelompok aktivitas sama jenis yang erat kaitannya baik karena sifatnya maupun karena pelaksanaannya, seperti (1) Penentu arah untuk mencapai tujuan organisasi, (2) Sebagai wakil dan juru bicara organisasi, (3) Sebagai komunikator yang efektif, (4) Sebagai mediator, dan (5) Sebagai integrator.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, yang dapat memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai ketentuan waktu perencanaan. Teori ini berhasil dalam mengidentifikasi hubungan yang konsisten antara pola perilaku pemimpin dengan kinerja kelompok.



 c.      Teori Kepemimpinan Situasional
Teori kepemimpinan situasional merupakan teori yang memandang kepemimpinan dengan gaya atau perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Yaitu faktor situasional seperti (1) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; (2) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; (3) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; (4) Norma yang dianut kelompok; (5) Rentang kendali; (6) Ancaman dari luar organisasi; (7) Tingkat stress; dan (8) Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.

d.      Teori Kepemimpinan Transformasional
Teori kepemimpinan transformasional merupakan teori yang memandang kemampuan pemimpin dalam mengubah lingkungan kerja, memotivasi dan menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja dan nilai-nilai moral, menghargai dan memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga bawahan akan lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi (mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi).
Kepemimpinan transformasional juga merupakan model kepemimpinan yang dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Yaitu, kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. Sedangkan, kepemimpinan transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.

Teori yang tepat bagi unit kerja saya, Inspektorat Kota Padang Panjang adalah;
Berdasarkan beberapa uraian di atas, teori kepemimpinan yang paling tepat untuk bagi Inspektorat Kota Padang Panjang adalah teori kepemimpinan transformasional karena pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi kerja.
Namun, teori ini tidak secara mutlak yang terbaik bagi unit kerja saya karena teori lain dan kombinasinya juga cukup bagus seperti teori sifat kepemimpinan. Teori sifat kepemimpinan  menganut prinsip “keteladanan” yang sesuai dengan hakekat unit kerja saya yaitu sebagai organisasi audit internal dan menjadi subjek keteladanan bagi semua organisasi dalam lingkungan Pemerintahan Kota Padang Panjang, maka pemimpin unit kerja saya juga perlu menggunakan teori sifat kepemimpinan.

2.      Jelaskan secara singkat hubungan tingkat kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan dalam teori kepemimpinan situasional? Gaya kepemimpinan mana yang paling efektif dalam pencapaian tujuan Unit Saudara? Mengapa demikian? (Nilai = 15)

Jawaban:
Secara singkat hubungan tingkat kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan dalam teori kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut,



Tingkat Kematangan Bawahan
Gaya Kepemimpinan
M1.  Adalah karyawan yang tidak memiliki keterampilan khusus yang diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau melakukan atau mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau tugas.
G.1.  Telling – menyuruh, pemimpin me-netapkan peran yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas dan memerintahkan para pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan kapan melakukan tugas tersebut.
M2.  Adalah bawahan yang tidak dapat mengambil tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, namun mereka bersedia bekerja pada tugas. Mereka adalah pemula tapi memiliki antusiasme dan motivasi.
G.2.  Selling – menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga bersifat supportif.


M3.  Adalah karyawan yang berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi tidak memiliki keyakinan atau kemauan untuk mengambil tanggung jawab.

G.3.  Participating – berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya bersama-sama memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan.
M4.  Mereka berpengalaman pada tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan baik. Mereka mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut.
G.4.  Delegating – delegasi, yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnya.

Gaya kepemimpinan yang paling efektif bagi unit kerja saya, yaitu Inspektorat Kota Padang Panjang adalah Delegating/delegasi.
Karena Inspektorat memiliki bawahan yang terdiri dari auditor-auditor yang berpengalaman pada tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan baik. Mereka juga mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan delegating sangat efektif bagi unit kerja saya.

3.      Menurut pendapat Saudara apa perbedaan yang mendasar antara kepemimpinan transformasional dengan salah satu teori kepemimpinan yang Saudara ketahui? Bagaimana gaya kepemimpinan transformasional ini diterapkan di Unit Saudara (Nilai = 15)

Jawaban:
Menurut saya secara mendasar perbedaan antara kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut,
Teori kepemimpinan transformasional pada dasarnya menekankan kepemimpinan yang perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan (membaca kondisi bawahan). Sedangkan, Teori kepemimpinan situasional pada dasarnya memandang kepemimpinan dengan gaya atau perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang (membaca situasi kerja).



Penerapan gaya kepemimpinan transformasional pada unit kerja saya yaitu Inspektorat Kota Padang Panjang, adalah dengan cara mencapai moralitas dan motivasi yang tinggi. Yaitu, melalui proses mengubah lingkungan kerja menjadi kondusif, memotivasi dan menginspirasi bawahan, menerapkan pola kerja dan nilai-nilai moral, menghargai dan memperhatikan kebutuhan bawahan sehingga bawahan kami akan lebih mengoptimalkan kinerja untuk mencapai tujuan Inspektorat Kota Padang Panjang.

4.      Menurut Saudara faktor-faktor apa saja yang menyebabkan komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan secara efektif dan jelaskan mengapa? Bagaimana kriteria komunikasi yang efektif? Jelaskan dengan singkat pengalaman Saudara tentang komunikasi yang efektif/tidak efektif. (Nilai = 15)

Jawaban:
Menurut saya faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi dalam organisasi tidak berjalan secara efektif karena terdapatnya hambatan dalam komunikasi tersebut, berikut ini beberapa hambatan komunikasi dengan penjelasannya;
a.      Hambatan sosio-antro-spikologis
Hambatan ini adalah hambatan yang dilihat pada pemerima pesan/komunikan yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, yakni:
-        Sosiologis
Yaitu hambatan yang terdiri dari pergaulan hidup yang bersifat pribadi seperti dalam kehidupan rumah tangga; dan pergaulan hidup yang tidak pribadi, dinamis dan rasional seperti di kantor atau dalam organisasi.
-        Antropologis
Yaitu manusia yang dilahirkan dan ditakdir berbeda-beda: postur, warna kulit, ras, agama dan kebudayaan termasuk berbeda dalam gaya hidup, norma, kebiasaan dan bahasanya. Misalnya, lewat media televisi, masakan daging babi lezat sekali. Sebagian pemirsa (komunikan) hanya menerimanya secara accepted/rohani dan tidak secara received/inderawi.
-        Psikologis
Yaitu hambatan yang disebabkan komunikator tidak mengkaji keadaan diri komunikan. Biasanya sulit berhasil apabila si penerima/komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, iri hati dan kondisi psikologis lainnya. Komunikan/penerima pesan bisa saja menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.

b.      Hambatan semantik
Hambatan sosio-antro-psikologis terdapat pada komunikan/penerima pesan, sedangkan hambatan semantik terdapat pada komunikator. Yaitu bahasa yang digunakan komunikator tidak tepat/pas/jelas, karena mungkin terlalu cepat berbicara/penyampaiannya sehingga menimbulkan salah pengertian yang berakibat salah pengertian (miscommunication). Misalnya: maksudnya mengatakan kedelai terucap keledai; maksudnya demokrasi terlontar demonstrasi; maksudnya partisipasi terlontar/terdengar partisisapi.
Gangguan semantik disebabkan pula oleh aspek antropologis: kata-kata yang sama tulisan maupun ucapannya tetapi berbeda artinya, misalnya: rampung (bagi orang sunda dan orang jawa memiliki arti yang berbeda masing-masingnya); atos (antara orang jawa dan sunda); bujang (antara orang sunda dan sumatra).

c.      Hambatan mekanis/teknis
Hambatan yang pada umumnya terdapat pada media yang diguanakan, seperti telepon, televisi, radio, surat kabar yang tidak mungkin dapat diatasi oleh komunikator maupun komunikan.

d.      Hambatan ekologis
Hambatan yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan pada saat proses berlangsungnya komunikasi, seperti: suara bising, hujan, petir, suara pesawat dan sebagainya.

Menurut saya kriteria komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang sebagai berikut;
a.      Berhasil membina pengertian,
b.      Berhasil menyampaikan pesan,
c.      Berhasil membuat komunikan memberikan tanggapan yang dikehendaki komunikator, dan
d.      Berhasil mengubah tingkah laku komunikan ke arah yang dikehendaki komunikator (efek/dampak yang dikehendaki komunikator).

Dengan demikian komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang berhasil mencapai tujuan dari proses komunikasi yang sesuai dengan harapan dan tujuan dari komunikator maupun komunikan. Karena selain adanya tujuan komunikator berkomunikasi, komunikan juga memiliki tujuan tertentu terhadap komunikasi yang diterimanya.

Singkat pengalaman saya tentang komunikasi yang efektif/tidak efektif adalah sebagai berikut;
Komunikasi yang efektif merupakan tingkat pencapaian tujuan dari komunikasi tersebut dengan hasil atau dampak dari komunikasi itu sendiri, seperti;
a.      Dampak kognitif, yaitu penerima pesan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya atau mengubah pikiran dari komunikan,
b.      Dampak efektif, yaitu penerima pesan tidak hanya tahu, tapi tergerak hatinya atau menimbulkan perasaan tertentu. Seperti iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
c.      Dampak psikomotorik/behavioral/perilaku, yaitu dampak yang timbul pada perubahan perilaku, tindakan, kegiatan dan ucapan penerima pesan.

Sedangkan komunikasi yang tidak efektif merupakan tidak tercapainya sebagian atau seluruh tujuan dari komunikasi tersebut, yang dapat disebut sebagai kegagalan komunikasi.

5.      Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan? Mengapa pengambilan keputusan itu penting dalam kepemimpinan? Bagaimana melakukan pengambilan keputusan yang baik dan benar? Bagaimana menurut Saudara tentang keputusan penunjukan pansel ketua KPK yang terdiri dari 9  (sembilan) wanita? (Nilai = 20)

Jawaban:
Secara singkat yang dimaksud pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada sebagai pemecahan suatu masalah melalui merumusan masalah dan berbagai alternatif pemecahan masalah sehingga keputusan dapat diterima oleh semua pihak.
Dengan demikian, pengambilan keputusan pada hakekatnya merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Jadi, keputusan merupakan final dari pemilihan alternatif yang diambil dengan sengaja, tidak secara sembarangan maupun kebetulan serta harus efektif, efisien dan rasional.

Pengambilan keputusan penting dalam kepemimpinan, karena hasil pengambilan keputusan seorang pemimpin (sebuah keputusan) berpengaruh terhadap pengikutnya yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas pencapaian tujuan dari proses kepemimpinan. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan penting untuk dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan teknik pengambilan keputusan serta harus efektif, efisien dan rasional.

Cara pengambilan keputusan yang baik dan benar adalah melalui tahapan dan sub-sub tahapan sebagai berikut,
a.      Tahap indentifikasi,
Yaitu pengambilan keputusan diawali dengan mengintai dan mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan, melalui proses;
-        mengenali adanya suatu masalah
-        mendefinisikan masalah dan tujuan, yaitu kegiatan pendeskripsian tugas secara tepat
-        menganalisis masalah

b.      Tahap desain,
Yaitu pengambilan keputusan menemukan, mengembangkan alternatif keputusan dan menganalisis kemungkinan dari keputusan yang akan diambil, melalui proses;
-        mengumpulkan data-data yang relevan
-        menggambarkan alternative pemecahan masalah
-        mengidentifikasi alternatif-altenatif yang dapat dipilih
-        memilih kriteria untuk  menentukan alternatif terbaik
-        membangun hubungan antara tujuan, alternatif, data, dan kriteria yang dipilih untuk dijadikan sebuah model
-        memperkirakan akibat-akibat yang ditimbulkan dari setiap alternatif

c.      Tahap pemilihan,
Yaitu pengambil keputusan memilih satu dari sekian banyak alternative yang akan dipilih dengan menggunakan pertimbangan, analisis logis, basis sistematis atau melalui proses;
-        pemilihan alternatif terbaik yang efektif, efisien dan rasional untuk mencapai tujuan
-        pelaksanaan alternatif yang terpilih
-        memantau dan mengevaluasi hasil keputusan

Menurut saya tentang keputusan penunjukan pansel ketua KPK yang terdiri dari 9  (sembilan) wanita merupakan keputusan yang tepat, apabila keputusan tersebut telah melalui tahapan pengambilan keputusan yang benar sehingga efektif, efisien dan rasional.
Sedangkan analisis terhadap keputusan penunjukan pansel ketua KPK yang terdiri dari 9 (sembilan) wanita, apabila dilihat sebagai keputusan yang mempertimbangkan gender (wanita) maka keputusan tersebut merupakan keputusan yang efektif, efisien dan rasional. Karena secara teori pengambilan keputusan, gender (pengambil keputusan/pemimpin sebagai subjek) yang merupakan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Namun dalam pembahasan ini gender terdapat pada objek keputusan, maka tidak ada pengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Adapun dasar pengambilan keputusan ini, tentunya melalui intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, logika/rasional (kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif, preferensi yang jelas dan hasil maksimal dari pemilihan alternatif). Maka keputusan tersebut merupakan keputusan yang efektif, efisien dan rasional.

6.      “Konflik itu negatif. Oleh karena itu perlu dihindari”. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Mengapa setuju/tidak setuju? Apabila Saudara seorang pemimpin, bagaimana memecahkan konflik yang terjadi dalam tubuh partai politik Golkar atau PPP yang memiliki dua ketua Umum yang berbeda? (Nilai = 20)

Jawaban:
Setuju, karena apabila konflik tersebut berdampak negatif maka perlu untuk menghindari konflik tersebut. Namun, menurut saya konflik tidak hanya berdampak negatif karena juga memiliki dampak positif. Yaitu, dampak positif konflik sebagai berikut;
a.      Meningkatkan solidaritas in-group yang mengalami konflik dengan kelompok lain
b.      Meningkatkan kedisiplinan pegawai
c.      Meningkatkan hubungan kerjasama yang produktif
d.      Meningkatkan motivasi kerja untuk melakukan kompetisi prestasi secara sehat
e.      Mengurangi tekanan dan intrik yang dapat menyebabkan stress
f.      Meningkatkan pengembangan karir pegawai.
Dengan demikian, konflik tidak selalu berdampak negatif dan perlu dihindari karena konflik dapat memberikan makna dan fungsi tertentu.

Apabila sebagai seorang pemimpin dalam memecahkan konflik yang terjadi dalam tubuh partai politik Golkar atau PPP yang memiliki dua ketua Umum yang berbeda, yaitu;

1.      Sebagai pemimpin partai, maka dalam memecahkan konfik dilakukan secara internal partai sebelum penyelesaian dengan pihak lain sebagai mediasi. Adapun tahapan penyelesaiannya sebagai berikut:
a.      Kompomi/negosiasi, yaitu menyelesaikan konflik dengan semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama.
b.      Smootting, yaitu menyelesaikan konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik.
c.      Kolaborasi, yaitu memberikan strategi “win-win solution” kepada masing-masing pihak konflik.
d.      Mediasi, yaitu menyelesaikan konflik dengan menggunakan pihak lain (ketiga) dalam menyelesaikan konflik sebagai mediator.

2.      Sebagai pemimpin negara, maka dalam memecahkan konflik pada awalnya diserahkan kepada internal partai, namun apabila tidak terpecahkan dapat diberikan alternatif pemecahan masalah dengan cara mediasi, yaitu menyelesaikan konflik dengan menggunakan pihak lain (ketiga) dalam menyelesaikan konflik sebagai mediator.
3.      Sebagai pemimpin yang konflik, maka dalam memecahkan konflik dapat dilakukan tahapan sebagai berikut;
a.      Akomodasi, yaitu menyelesaikan konflik dengan berusaha menyenangkan hati pihak lawan konflik, agar pihak tersebut kiranya bersedia menempatkan kepentingannya dibawah kepentingan yang lain.
b.      Menghindar, yaitu menyelesaikan konflik dengan memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan konflik.
Namun secara umum, penyelesaian konflik partai yaitu dengan membangun kesadaran bahwa dalam partai memiliki ideologi dan tujuan bersama yang harus dicapai serta harus diwujudkan dengan mengemukakan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan maupun pribadi. Sehingga konflik dapat diminimalisir bahkan dihilangkan untuk mewujudkan tujuan bersama dan sebagai wujud integritas terhadap partai.






1 komentar:

  1. teori kepemimpinan yang paling bagus untuk diterapkan itu yang mana? terima kasih.

    BalasHapus

mohon kritik dan saran yang membangun ya... tq ^_^ (jangan makian, ingat dosa)