Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim.
Welcome guys, hari ini hari pertama saya ngeblog. Semoga bermanfaat ya, ini ada postingan saya mengenai tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar tentang Metodologi Ilmiah tanggal 03 September 2014.
Semoga dapat membantu ya, mohon kritik dan saran membangunnya. Terima kasih ^_^
METODOLOGI
ILMIAH
I. Pokok-Pokok Pembahasan
a.
Definisi Metodologi Ilmiah
b.
Implementasi Metode Ilmiah
1.
Penginderaan
2.
Masalah atau Problem
3.
Hipotesis
4.
Eksperimen
5.
Teori
II. Pembahasan
A. Definisi Metodologi Ilmiah
Metodologi berasal dari bahasa Yunani "metodos" dan "logos", kata metodos terdiri dari dua suku kata yaitu "metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suaatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Logos artinya ilmu.
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu (langkah/tahapan) dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Ilmiah adalah memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Ilmiah berarti bersifat ilmu atau secara ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah berarti proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat kan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
Jadi, Metodologi Ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk apa yang dinamakan dengan epistimologi. Epistimologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu (langkah/tahapan) dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Ilmiah adalah memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Ilmiah berarti bersifat ilmu atau secara ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah berarti proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisik.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat kan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
Jadi, Metodologi Ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk apa yang dinamakan dengan epistimologi. Epistimologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.
B. Impementasi Metode Ilmiah
1. Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dan
segala sesuatu yang tidak dapat diindera, maka dapat diselidiki oleh ilmu
alamiah, walaupun penginderaan tidak selalu langsung. Seperti halnya pikiran,
tidak dapat kita indera secara langsung, tetapi efeknya dapat ditunjukkan dalam
bentuk tingkah laku.
Agar penginderaan tepat dan benar, maka perlu pengulangan dan
pengulangan itu dapat dilakukan juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat
adalah sulit, memerlukan waktu yang lama dan setelah dicoba berkali-kali sering
mengalami kegagalan. Setiap orang dapat melakukan penginderaan melalui kelima
inderanya, tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya
prasangka yang melekat pada pengindera itu. Namun, penginderaan yang tepat dapat
diperoleh dengan latihan dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
Untuk meminimalkan subjektivitas penginderaan, sering kali
pengamatan menggunakan instrumen standar. Contohnya, untuk mengetahui suhu air,
tidak cukup dengan kulit/tangan, tetapi perlu dibantu dengan termometer.
2. Masalah atau Problem
Setelah pengeinderaan dan perenungan dilakukan, langkah kedua
adalah menemukan masalah. Dengan kata lain, membuat pertanyaan: Apakah yang
ditemukan melalui penginderaan itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi?
Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti tersebut di atas hendaknya
relevan dan dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang akurat.
Secara umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan
“Bagaimana?” dan “Apa?”. Pertanyaan “Mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan
sering diganti “Bagaimana?” atau “Apa?” Pertanyaan “Mengapa Alam ini ada?”
termasuk kategori yang tidak dapat diuji sehingga hal itu tidak termasuk bidang
ilmu alamiah.
3. Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban
itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam ilmu alamiah dugaan
sementara itu disebut hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau
tidak, diperlukan fakta dan data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei
atau eksperimen. Bila data tidak mendukung hipotesis, harus disusun hipotesis
baru.
Hipotesis, kecuali didukung oleh data, agar mudah dibuktikan harus
bersifat sederhana dan memiliki jangkauan yang jauh. Keadaan ideal untuk
membuktikan kebenaran suatu hipotesis adalah melalui pengujian dengan
eksperimen.
4. Eksperimen
Eksperimen atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada
titik ini, ilmu alamiah dan non ilmu alamiah dapat dipisahkan secara sempurna.
Sebagian besar orang mengadakan penginderaan, menyusun pertanyaan
dan menduga jawabannya. Namun orang biasa akan berhenti sampai di situ saja.
Sebaliknya, seorang ilmuwan tidak akan berhenti sampai di situ, tetapi akan
meneruskan pertanyaan, “Mana buktinya?” Dalam sejarah, cara demikian merupakan
suatu cara untuk menghilangkan pendapat umum yang emosional, tidak didukung
oleh bukti. Eksperimen dapat menunjukkan bukti, sehingga jawaban yang bersifat
dugaan itu menjadi jawaban yang benar atau alamiah. Eksperimen yang baik harus
dirancang dengan seksama sehingga semua faktor dapat dikendalikan dan hipotesis
dapat diuji kebenarannya.
Sebagai ulasan, akan dikemukakan hal berikut. Pada permulaan musim
hujan, kita melihat gejala bahwa beberapa jenis lampu, misal lampu pijar, neon
atau T.L. dan merkuri pada malam hari dikerumuni berbagai jenis serangga.
Gejala itu membangkitkan suatu hipotesis bahwa serangga tertarik pada sinar
tertentu, tetapi tidak tertarik pada sinar yang lain.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, dirancang suatu eksperimen
dilaboratorium dengan menggunakan berbagai jenis serangga, misalnya: laron,
lalat rumah, lalat buah, nyamuk, belalang dan sebagainya, sedangkan untuk
sinarnya dipakai berbagai sinar, misalnya: merah, biru, hijau, kuning dan
sebagainya. Dari hasil percobaan ternyata serangga tertarik pada sinar biru dan
tidak tertarik pada sinar lain.
5. Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu
teori. Apabila suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang
meyakinkan di laboratorium, di mana eksperimen itu dilakukan oleh berbagai
peneliti dan bukti-bukti menunjukkan hal yang dapat dipercaya dan valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori.
Selanjutnya, teori itu berlaku di berbagai tempat dengan
keterbatasan tertentu, yakni kondisi lainnya harus sama. Bila teori tersebut
memiliki ramalan atau prediksi tinggi, kemungkinan berlakunya menjadi lebih
luas. Beberapa teori menunjukkan validitas yang umum sehingga memiliki
rangkuman yang tinggi, maka teori itu menjadi hukum alam.
Contoh serangga yang telah dikemukakan menunjukkan bukti
kebernaran hipotesis dan disokong oleh bukti dari berbagai pengujian, lalu
disusunlah suatu teori: “Serangga tertarik pada sinar yang memiliki panjang
gelombang tertentu, tetapi tidak tertarik pada sinar yang memiliki panjang
gelombang tertentu lainnya. Pernyataan ini lebih luar daripada yang didasarkan
eksperimen di laboratorium.
Contoh hukum gravitasi juga ditemukan dari penginderaan semacam
itu, yakni dari peristiwa jatuhnya buah apel ke bawah oleh Newton. Berdasarkan
hukum gravitasi itulah manusia dapat meninggalkan Bumi dengan roket menuju ke
benda-benda angkasa lainnya.
Dari teori hubungan sinar dengan serangga di atas dikembangkan
teori-teori baru atau memanfaatkan teori itu untuk bidang pertanian dan kesehatan,
misalnya dikembangkan lampu pengusir serangga yang dipasang di sekitar gudang
biji-bijian (padi, gandum, jagung), lampu perangkap nyamuk dan sebagainya.
Dari uraian di atas, ilmu alamiah terdiri dari tiga komponen,
yaitu produk, proses dan sikap. Contoh produk adalah konsep, teori dan hukum.
Proses merupakan keterampilan untuk menemukan produk seperti keterampilan
mengamatan, eksperimen. Sementara contoh sikap adalah teliti dan jujur.
III. Referensi
YASIN,
Maskuri; 2008, ILMU ALAMIAH DASAR, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://staff.unud.ac.id/~sampurna/wp-content/uploads/2009/12/metodologi-ilmiah.doc
http://munawarmadina.blogspot.com/
http://ariyantobambang25.wordpress.com/
bagus ya, asek...
BalasHapusMantap kk
BalasHapusThanks, brother Romi
Hapus