Kata
Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim....
Welcome guys, hari ini
mau berbagi Ilmu Pengetahuan lagi nih. Semoga dengan berbagi Ilmu yang
bermanfaat dapat menjadi Amal Jariah yang tidak terputus amal
pahalanya, Amin... Langsung aja yah, ni ada postingan saya mengenai Proses Pembentukan Bumi, kita tau tidak bagaimana terbentuknya Bumi yang telah kita huni seumur hidup ini? hehe.... Salah satu hasil Tinjauan Referensi pada Rabu, 10 September 2014.
Semoga dapat membantu
serta mohon komentar, kritik dan saran membangunnya. Silahkan dishare ya, biar
sama-sama dapat Pahala, Amiiin... Terima kasih ^_^
PROSES
PEMBENTUKAN BUMI
Oleh:
Yogi
Sudirman
NPM.
1428.000.283
Rabu, 10
September 2014
I. Pokok-Pokok Pembahasan
a.
Teori Proses Pembentukan Bumi
1.
Teori-teori oleh beberapa ahli.
2.
Teori Kabut (Nebula)
3.
Teori Planetisimal
4.
Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
5.
Teori Bintang Kembar
6.
Teori Big Bang
b.
Teori-teori tentang Perkembangan Bumi
1.
Teori Kontraksi dari James Dana dan Elie de
Baumant
2.
Teori Descartes dan Suess
3.
Teori Geosinklin
4.
Hipotesa Pengapungan Benua (Continental
Drift)
II. Pembahasan
A. Teori Proses Pembentukan Bumi
1.
Teori-teori oleh beberapa ahli.
Teori
Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de Buffon.
Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari dengan
sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar. Massa
yang terpental ini menjadi planet.
Teori Kuiper
atau teori kondensasi dikemukakan oleh Gerald
P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk
piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang
berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.Pusat piringan yang
merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi
dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi planet –
planet.Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya
berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut
ini berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke
luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah cakram
mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah,
akhirnya terbentuklah matahari.
Teori
Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi
Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang
dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri
atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat
tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan
unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini akan menarik
unsur – unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi
membentuk palnet – planet, termasuk bumi.
Teori
Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple, mengemukakan pada
mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis yang berotasi
membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi menyebabkan terjadinya
pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat, sedangkan kabutnya hilang
menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling bertabrakan dan kemudian
membentuk planet – planet.
Sir Fred
Hoyle. Menurut seorang astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20 yang
bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori
yang disebut “Steady-State”.Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta
berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan
paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang,
yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang
mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun,
ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun
1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa
setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini
haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic
Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang
radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan
perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang
telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan
astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori
Big Bang.
Dan menurut
gagasan kuno yang mengatakan bahwa alam semesta itu kekal. Gagasan yang umum di
abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak
hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain
meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak
keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan
tidak berakhir.
Materialisme
adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan
yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada
kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem
berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl
Marx.Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai
dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes
Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan
bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan" dan
menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan
dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika
Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia
berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang
mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang
berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme
ini.
Ledakan
raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big Bang', dan
teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa 'volume nol'
merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu
pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang berada di luar batas
pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai 'titik bervolume nol'.
Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'. Demikianlah alam
semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah
diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern
pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur'an 14 abad lampau,yakni :
"Dia (Allah)
Pencipta langit dan bumi" (QS. Al-An'aam, 6: 101)
2.
Teori Kabut (Nebula)
Sejak jaman sebelum
Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah
teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755)
dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace.
Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian
berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses
perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar
memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang
kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri
dari beberapa tahap,yaitu
·
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu
pekat dan besar.
·
Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi
di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan
materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang
disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
·
Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan
secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk
Susunan Keluarga Matahari.
3.
Teori Planetisimal
Pada awal abad
ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang
ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya
lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan
tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya
gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan matahari
dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai menyusut dan
membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal-
Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk
planet-planet yang mengelilingi matahari.
4.
Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan
oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada
tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak
pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada
tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar
yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang
besar itu.
Dalam lidah yang panas
ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu
berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar
yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan
perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya
terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan
relatif lebih cepat.
5.
Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan
oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak
meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
6.
Teori Big Bang
Berdasarkan Theory Big
Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu.
Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.
Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar
dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6
milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang
disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya.
Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi
sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
·
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap
hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan
bumi, yaitu:
·
Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami perlapisan
atau perbedaan unsur.
·
Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya
diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam,
sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.
·
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Bukti penting lain
bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam
berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah.
Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah
Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
Yang telah menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk, 67:3).
B. Teori-teori tentang
Perkembangan Bumi
1.
Teori Kontraksi dari James Dana dan Elie de Baumant
Dalam teori ini
dinyatakan bahwa bumi mengalami pengerutan karena pendinginan di bagian dalam
bumi akibat konduksi panas,sehingga mengakibatkan bumi tidak rata.
2.
Teori Descartes dan Suess
Dalam teori ini
dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses pengerutan
dan semakin menyusut.Kerutan-kerutan itulah sebagai pegunungan,lipatan yang
kita kenal sampai sekarang.Teori Descartes dan Suess ini disebut teori
kontraksi.
3.
Teori Geosinklin
Teori ini
dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada
tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan
sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan
Himalaya, Alpina dan Andes.
Teori geosinklin
menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama
beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan
sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang
membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah
terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya
dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya
cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi
adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
Teori ini mempunyai
kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan baik dan
logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan
teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang
bekerja pada bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang
terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang
terdeformasi.
4.
Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
Tahun 1912, Alfred
Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep Pengapungan Benua
(Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa
utamanya adalah satu “super continent” yang disebut Pangaea (artinya semua
daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Selanjutnya,
hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi
benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti
yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa lainnya menyatakan bahwa pada
mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga Laurasia,
dan pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
III. Referensi
Apriyono,
Heru. 2013. The Big Bang Theory: Teori
Terbentuknya Alam Semesta. Jakarta: Pustaka Narasi.
Hartono.
2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam
Semesta untuk Kelas X SMA/MA. Bandung: Citra Praya
Anjayani,
Eni. dkk. 2009. BSE Geografi Untuk Kelas
X SMA/MA. Jakarta. Pusat Perbukuan Nasional.
Endarto,
Danang. dkk. 2009. BSE Geografi Untuk
Kelas X SMA/MA. Jakarta. Pusat Perbukuan Nasional.
Prihadi,
Singgih. Dkk. 2011. E-Book Animation
Geographyc SMA/MA Kelas X. Surakatra.
Sulistiyo,
Iwan G. 2009. BSE Geografi Untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta. Pusat Perbukuan Nasional.
Tjasyono,
Bayong. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wardiyatmoko,
K. 2012. Geografi untuk SMA/MA Kelas X 1.
Jakarta. Erlangga.
TIM MGMP
Kota Surakarta. 2012. LKS INOVASI Kelas X a. Surakarta: Pustaka Mulia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_pembentukan_Bumi,
diakses tanggal 15 September 2014
http://softilmu.blogspot.com/2014/01/sejarah-terbentuknya-bumi.html,
diakses tanggal 15 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran yang membangun ya... tq ^_^ (jangan makian, ingat dosa)