Kata
Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim....
Welcome guys, hari ini
mau berbagi Ilmu Pengetahuan lagi nih. Semoga dengan berbagi Ilmu yang
bermanfaat dapat menjadi Amal Jariah yang tidak terputus amal
pahalanya, Amin... Langsung aja yah, ni ada postingan saya mengenai Faktor apa saja yang mempengaruhi Perilaku Seseorang. Kita perlu tahu donk, agar kita bisa memperbaiki perilaku orang lain apalagi pribadi kita guys. Salah satu hasil Tinjauan Pustaka pada Rabu, 11 Februari 2015.
KLIK ya, mari kita ramaikan KARYA TULIS Indonesia...
Semoga dapat membantu
serta mohon komentar, kritik dan saran membangunnya. Silahkan dishare ya, biar
sama-sama dapat Pahala, Amiiin... Terima kasih ^_^
MAKALAH
TEORI DAN PERILAKU ORGANISASI
ANALISIS FAKTOR PENGARUH PERILAKU INDIVIDU KARENA DIRI SENDIRI
(PRIBADI), KELOMPOK DAN
ORGANISASI
Oleh :
YOGI SUDIRMAN
1428.000.283
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SDM
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.2. OBJEK PENGAMATAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN
Berikut ini penulis sebagai mahasiswa STIA LAN
Jakarta, akan menyampaikan makalah tentang “Analisis Faktor Pengaruh Perilaku
Individu karena Diri Sendiri (Pribadi), Kelompok dan Organisasi”. Penulisan
makalah ini sebagai syarat untuk lulus dalam Mata Kuliah Teori dan Perilaku
Organisasi pada Semester Gasal Tahun 2015 oleh Bapak Prof. Dr. Johanes Basuki,
M.Psi.
Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.PSi (2014), dalam
perkuliahan Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, “Organisasi dapat
dilihat dalam dua sudut pandang, yaitu Statis dan Dinamis”.
Organisasi dalam pengertian statis, yaitu organisasi
adalah wadah, organ dan struktur. Hal ini dapat diartikan bahwa organisasi
menurut arti statis adalah wadah yang menghimpun atau tempat berkumpulnya
sejumlah orang yang bermaksud mencapai satu atau sejumlah tujuan yang sama,
dengan upaya kerjasama melakukan rangkaian kegiatan untuk tercapainya tujuan.
Organisasi dalam pengertian dinamis, yaitu manajemen
yang menggerakkan seluruh unit atau bagian, subsistem dalam organisasi. Hal ini
dapat diartikan bahwa organisasi menurut arti dinamis adalah sistem atau cara
sejumlah orang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang selalu dapat
berubah.
Berdasarkan uarian di atas dapat disimpulkan bahwa
organisasi merupakan wadah bertemunya sekelompok orang yang terdiri atas
manajer/pimpinan dan bawahan sebagai struktur yang saling bekerja sama untuk
mencapai sebuah tujuan, melalui sistem dan rangkaian aktivitas-aktivitas kerja
sama terhadap kegiatan atau upaya pencapaian tujuan.
Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat terlepas
dari organisasi. Setiap hari manusia berhubungan dan terlibat dengan organisasi
dan hidup ini dipengaruhi dan mempengaruhi organisasi dalam tingkatan yang
berbeda-beda. Contohnya, secara sadar manusia itu sendiri terlibat dalam
organisasi. Contohnya sebagai anggota keluarga, siswa di sekolah, karyawan
ditempat bekerja, anggota masyarakat, warga negara dan sebagainya. Dengan
demikian untuk mencapai sebuah tujuan, yang menjadi faktor penentu keberhasilan
adalah individu (personal) yang merupakan subjek dalam proses pencapaian
tujuan.
Oleh sebab itu, penulis merasa penting untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu sebelum individu
tersebut menjadi salah satu bagian untuk mewujudkan tujuan sebuah
organisasi. Hal ini juga terkait
organisasi yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan dengan berbagai perilaku dan sifat yang berbeda.
Objek pengamatan pada makalah ini
adalah perilaku individu dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut:
1. Perilaku Individu
karena diri sendiri (pribadi).
2. Perilaku Individu
karena kelompok (keluarga, sekolah, kampus dan lingkungan).
3. Perilaku Individu
karena organisasi (tempat bekerja).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TEORI
PERILAKU DAN PERILAKU ORGANISASI
A. Teori Perilaku dan Perilaku Organisasi
Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi (2015), dalam
perkuliahan Teori dan Perilaku Organisasi;
“Perilaku adalah tindakan-tindakan seseorang, baik
yang disadari maupun tidak disadari dalam pribadi atau organisasi.”
“Perilaku Organisasi adalah ilmu yang mempelajari
(study) tentang aspek perilaku (sikap dan tindakan) seseorang dalam organisasi/kelompok
tertentu. Perilaku organisasi bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang
menjadi sesuai dengan harapan atau aturan dalam organisasi, baik perilaku yang
kasat mata maupun yang tidak kasat mata.”
B. Definisi Perilaku Organisasi menurut
beberapa ahli
1.
Indriyo Gito Sudarmo dan Nyoman Sudita (1997)
Perilaku
Keorganisasian adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi
manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku
struktur dan proses dalam organisasi.
2. Fred
Luthan (1985)
Perilaku
organisasi didefinisikan sebagai studi dan aplikasi dari pengetahuan tentang
bagaimana orang, individu dan kelompok bertindak dalam organisasi. Sikap
organisasi sangat penting bagi manajemen sumber daya manusia, karena sikap ini
akan mempengaruhi perilaku-perilaku organisasi. Sikap-sikap yang berkaitan
dengan kepuasan kerja dan memfokuskan pada sikap karyawan terhadap keseluruhan
(Luthan, 1985).
“Organizational
Behavior (OB) is the study and aplication of knowledge about how people,
individuals, and grups ant in organizations”.
3.
Mathis-John H. Jackson
Perilaku
organisasi adalah bagaimana anggota organisasi yakin dan menerima tujuan
organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan
perusahaan yang tercermin dalam tindak tanduk dalam organisasi tersebut.
4. Griffin dan kawan-kawan
Perilaku
organisasi (organisational behavior) adalah sejauh mana seseorang individu
mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki
komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
organisasi.
5. Schermerhorn Jr., Hunt, & Osborn, 2008, p. 5
Perilaku
organisasi adalah ilmu tentang individu dan kelompok dalam suatu organisasi.
“Organizational
behavior is the study of individuals and groups in organizations”.
Dari
beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi adalah
suatu studi tentang apa yang dikerjakan oleh orang-orang dalam organisasi dan
bagaimana perilaku orang-orang tersebut dapat mempengaruhi kinerja organisasi,
dengan bahan kajiannya adalah sikap manusia terhadap pekerjaan, terhadap rekan
kerja, imbalan, kerjasama dan sebagainya.
C. Tingkat Analisis Dalam Perilaku Organisasi
1. Tingkat
individu, artinya terkait dengan perilaku, nilai saat berinteraksi.
2. Tingkat
kelompok, artinya pengaruh perilaku anggota oleh dinamika anggota kelompok,
norma dan nilai kelompok.
3. Tingkat
organisasi, artinya proses pengambilan keputusan manajemen.
D. Fokus Bahasan Dalam Perilaku Organisasi
1. Perilaku
(perilaku individu dan organisasi)
2. Struktur
(organisasi dan kelompok)
3. Proses
(interaksi di antara anggota), proses tersebut berupa komunikasi, kepemimpinan,
pengambilan keputusan dan sebagainya.
2.2. OBSERVASI/HASIL PENGAMATAN
Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki,
M.Psi (2015), terdapat 3 (tiga) aspek pembentuk perilaku manusia, yaitu
§ Teori Genetik, teori ini
menyatakan bahwa perilaku manusia sudah terbentuk dari awal pembentukan manusia
(janin dalam kandungan). Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia tersebut
sudah merupakan bawaan lahir, saat manusia itu dikandung oleh seorang ibu.
Dalam kandungan seorang ibu, perilaku manusia (anak) tersebut sudah dibentuk.
§ Teori Sosial, teori ini
menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk melalui pengaruh dari lingkungan
tempat beradanya manusia tersebut. Lingkungan ini meliputi keluarga (orang tua,
saudara dan sanak saudara), sekolah (guru dan teman sejawat), lingkungan
(tetangga), organisasi (tempat bekerja) dan sebagainya.
§ Teori Campuran, sedangkan
teori ini merupakan gabungan dari teori genetik dan teori sosial. Yaitu
perilaku manusia terbentuk sejak manusia itu di dalam kandungan seorang ibu,
kemudian berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat manusia tersebut
berada.
Berikut ini hasil pengamatan
(observasi) tentang pengaruh perilaku individu karena diri sendiri (pribadi),
kelompok dan organisasi dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:
A. Perilaku Individu karena diri sendiri
(pribadi)
Perilaku
individu dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Perasaan seseorang akan
berpengaruh karena keadaan perasaan dan mental pribadinya. Selain dari
perasaan, perilaku seseorang juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor pribadi
yang lain, sebagai berikut:
1. Perilaku
yang dipengaruhi oleh Perasaan
Perasaan
senang, bahagia, dan sebagainya akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku.
Apabila pribadi individu merasakan sesuatu yang menyenangkan terjadi dalam
hidupnya akan mempengaruhi dirinya dalam berperilaku baik karena dampak
perasaannya yang dalam keadaan baik.
Demikian
sebaliknya, apabila seseorang tersebut merasakan kesedihan, kekhawatiran,
kegundahan, keraguan bahkan keputusasaan dan sebagainya. Hal ini juga akan
mempengaruhi dirinya dalam berperilaku kurang baik karena dampak perasaan yang
dalam keadaan tidak mendukung.
2. Perilaku
yang dipengaruhi keadaan Fisik.
Perilaku
seseorang akan dipengaruhi oleh keadaan fisik dirinya, contohnya orang yang
memiliki tubuh cacat, kecil, pendek, gemuk dan sebagainya. Keadaan pribadi ini
akan mempengaruhi perilaku individunya yang merasa minder dan berperilaku iri
terhadap orang yang lebih dari dirinya.
3. Perilaku
yang dipengaruhi Kepribadiaan.
Perilaku
seseorang akan dipengaruhi oleh kepribadiannya, yaitu segala corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik yang datang dari dalam
dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian
tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku
sehari-harinya.
4. Perilaku
individu yang dipengaruhi Bakat.
Perilaku
seseorang akan dipengaruhi oleh bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik,
melukis, olah raga, dan sebagainya.
Sehingga
seorang individu akan berperilaku baik saat melakukan suatu hal yang merupakan
keterampilan baginya karena ia memiliki bakan mengenai hal tersebut. Demikian
juga pada hal yang sebaliknya, seorang individu tidak akan berperilaku baik
terhadap suatu hal yang tidak ia sukai karena dirinya tidak berbakat dalam
suatu hal.
5. Perilaku
yang dipengaruhi oleh Jenis Ras/Keturunan.
Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh jenis ras/keturunannya, pada saat individu tersebut
menemui orang lain yang berbeda ras akan mempengaruhi perilakunya. Hal ini
karena setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas dan
tentu berbeda. Contohnya, perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras,
tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri
ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan
upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang
berbeda pula.
6. Perilaku
yang dipengaruhi Jenis Kelamin.
Perbedaan
perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa
dimungkinkan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian
tugas. Menurut beberapa tulisan (media internet dan majalah), “wanita
seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki
cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional”.
B. Perilaku Individu karena Kelompok
Perilaku
individu tidak saja dipengaruhi oleh perasaan pribadinya, namun perilaku
tersebut juga dipengaruhi oleh kelompok tempat seorang individu tersebut
berada. Perilaku individu dipengaruhi oleh kelompok dalam hal ini ialah
pengaruh keadaan dan kondisi suatu kelompok. Selain dari keadaan dan kondisi,
perilaku seseorang juga dipengaruhi juga oleh faktor-faktor yang lain, sebagai
berikut:
1. Perilaku individu dipengaruhi oleh bentuk
kelompok.
Dalam hal
ini perilaku individu dapat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadikan individu
sebagai objek yang dipengaruhi, contohnya kelompok keluarga, masyarakat, dsb
yang mempengaruhi perilaku individu. Berikut ini beberapa ulasan tentang
perilaku individu dipengaruhi sebagai objek dalam kelompok.
a.
Perilaku individu dipengaruhi oleh keluarga
Perilaku
individu dipengaruhi oleh keluarga sebagai suatu kelompok hubungan tali darah, contohnya
hubungan terhadap orang tua, saudara, sepupu dan keluarga lainnya. Keluarga
yang merupakan kelompok dasar tempat suatu individu mengawali pembentukan
perilakunya dalam kelompok sebelum seorang individu masuk ke dalam kelompok
yang lebih besar hingga nanti masuk dalam lingkup organisasi.
Pengaruh
keluarga terhadap perilaku individu bisa saja dijelaskan sebagai berikut:
-
Ayah/Bapak
Figur
seorang ayah dan bapak dalam kehidupan individu, dapat membentuk perilaku
tanggung jawab, kepemimpinan, disiplin dan sebagainya. Hal ini terjadi karena
seorang ayah merupakan tulang punggung keluarga sehingga mewujudkan contoh
perilaku kepemimpinan yang mendasar hingga perilaku tanggung jawab dan
disiplin.
- Ibu
Figur
seorang ibu dalam kehidupan individu dapat membentuk perilaku individu berupa
perilaku kasih sayang, ikhlas, tulus, komunikasi, kesungguh-sungguhan dalam
melakukan pekerjaan, mendidik dan mengajarkan perilaku-perilaku mendasar dalam
kehidupan. Hal ini terjadi karena yang menjadi orang terdekat individu pada
masa kecil umumnya adalah seorang ibu.
-
Saudara dan Keluarga lainnya
Hubungan
seorang individu dengan saudaranya maupun keluarga lainnya seperti kakek,
nenek, sepupu dan sebagainya. Dalam hal ini dapat membentuk perilaku saling menghargai,
saling menghormati dan sebagainya. Dengan hubungan yang baik akan membentuk
perilaku yang baik bagi individu, yang membuat seorang individu akan lebih
memudah bergaul dan membentuk karakter berhubungan dengan orang lain dalam
individu.
b. Perilaku
individu dipengaruhi oleh sekolah (kelompok belajar)
Pendidikan
seorang individu di sekolah dapat mempengaruhi perilaku individu melalui
pendidikan dan pola hubungan sesama siswa di sekolah. Pendidikan tersebut akan
membentuk perilaku disiplin, norma-norma dalam berperilaku, ketentuan,
keteraturan, sopan santun, kepribadian, saling menghormati, hak dan kewajiban,
saling menghargai dan sebagainya. Hal ini terjadi karena di sekolah memang
dilakukan pendidikan perilaku.
c.
Perilaku individu dipengaruhi oleh kelompok sosial (lingkungan)
Perilaku
individu seseorang tentu dipengaruhi oleh kelompok sosial, dalam hal ini yaitu
hubungan seorang individu dengan teman sejawat, tetangga, dan masyarakat
lainnya. Bentuk perilaku yang ditunjukkan oleh orang lain dalam pola
hubungannya dengan seorang individu akan membentuk sebuah paradigma baru bagi
individu tersebut, apalagi pada saat seorang individu menemui perilaku yang
berbeda dengan apa yang diperolehnya di dalam keluarga, sekolah dan sebagainya.
2. Perilaku
individu dipengaruhi oleh tujuan kelompok.
Perilaku individu dapat
dipengaruhi oleh kelompok berdasarkan tujuan, dalam tujuannya kelompok dapat
dibagi menjadi 4 (empat) bagian sebagai berikut:
a.
Kelompok menolong
Perilaku
menolong dalam hubungan seseorang dengan orang lain maupun kelompok dengan
tujuannya menolong merupakan tindakan yang bersifat positif karena tidak
merugikan orang lain dan diri sendiri. Menolong dapat mempererat tali
persaudaraan dalam suatu kelompok. Menolong merupakan perilaku yang terpuji,
intensitas perbuatan ini yang seling dilakukan akan membentuk perilaku baik
terhadap seorang individu.
Contohnya
seperti yang berada di lingkungan sekitar, suatu saat seseorang yang mengadakan
acara atau resepsi pernikahan makan tetangga yang lain akan ikut membantu dalam
menjalankan rencana seperti contohnya membantu dalam memasak dan memcuci
piring. Perilaku menolong tetangga ini akan semakin menambah kerukunan dalam
lingkungan tempat tinggal kita.
b.
Kelompok kerja sama
Perilaku
yang terbentuk dari kelompok kerja sama merupakan perilaku yang netral
tergantung tujuannya, karena kerjasama dapat masuk kedalam perilaku yang
negatif dam dapat masuk kedalam perilaku positif. Contoh kerjasama yang negatif
adalah bekerjasama dalam melakukan kejahatan seperti mencuri maupun menodong.
Sedangkan kerjasama yang positif adalah kerjasama yang dilakukan dengan tujuan
yang baik dan tidak merugikan orang lain. Dengan demikian kelompok ini dapat
membentuk perilaku baik maupun tidak baik bagi seorang individu.
c.
Kelompok persaingan
Perilaku
yang terbentuk dari kelompok persaingan (kompetisi) akan membentuk perilaku
individu. Persaingan merupakan suatu perilaku atau tindakan individu dalam
bersaing dalam suatu hal. Kompetisi ini bertujuan untuk mengukur siapa yang
berada di paling atas. Seperti contohnya dalam kehidupan para pelajar mereka
sebagai individu berkompetisi dengan semua individu yang berada dalam suatu
kelompok, dalam hal ini adalah kelas. Mereka semua berkompetisi untuk
mendapatkan rangking satu sebagai tolak ukur siapa yang paling pintar dan dapat
menguasai semua pelajaran dalan suatu kelas. Persaingan ini dilakukan secara
sehat maksudnya adalah persaingan ini dilakukan tanpa adanya kekerasan satu
sama lain. Demikian juga halnya apabila persaingan ini dilakukan dengan kekerasan
akan membentuk perilaku yang tidak baik terhadap seorang individu, karena
dampak kekerasan akan membentuk perilaku yang keras terhadap individu.
d.
Kelompok konflik
Perilaku
individu yang terbentuk melalui konflik akan membentuk perilaku individu secara
tidak langsung, hal ini terjadi pada saat seorang individu memecahkan masalah
dari konflik yang terjadi. Apabila seorang individu dapat menyelesaikan konflik
dengan baik, maka akan terbentuk perilaku yang baik terhadap seorang individu.
Demikian halnya yang terjadi apabila seorang individu tidak dapat menghadapi
konflik dengan baik, maka akan terbentuk perilaku yang tidak baik juga.
C. Perilaku Individu karena Organisasi
Perilaku individu dalam organisasi terbentuk karena
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap
individu dalam organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain,
dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang
berbeda. Sebagaimana telah diuraikan di point sebelumnya bahwa individu sudah
memiliki perilaku yang berbeda karena pengaruh diri sendiri (pribadi maupun
lingkungan/kelompok. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi berupa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa
lalunya.
Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem
pengendalian dan sebagainya. Dalam kaitan antara individu dengan organisasi,
maka ia membawa karakteristik individu dalam organisasi, sehingga terjadilah
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi.
Menurut Nimran dalam Sopiah (2008) karakteristik yang
melekat dalam individu terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi
dan sikap. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing karakteristik
tersebut.
1.
Ciri-ciri biografis
Yaitu
ciri-ciri yang melekat pada individu, antara lain:
a. Umur
Secara
empiris bahwa umur berpengaruh terhadap bagaimana perilaku seorang individu,
termasuk bagaimana kemampuannya untuk bekerja dalam organisasi, merespon
stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya. Adanya persepsi bahwa semakin
tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semakin merosot karena faktor
biologis alamiah, walaupun terkadang semakin meningkat umur seseorang maka
kemampuannya semakin berkembang jauh lebih cepat dari yang lebih muda. Hal ini
terkait juga dengan usia yang menjadikan masa pensiun bagi seorang pekerja,
maka hal ini akan mempengaruhi perilaku individu di saat ia akan mendekati masa
pensiunnya.
b. Jenis
kelamin
Menurut
Sopiah (2008), penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan wanita
dalam menangani pekerjaan relatif sama. Namun melalui pendekatan psikologi
menyatakan bahwa perilaku wanita lebih patuh pada aturan dan otoritas.
Sedangkan pria lebih agresif, sehingga lebih besar kemungkinan mencapai sukses
walaupun perbedaan ini terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian
kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup bukti yang
membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.
c. Status
Perkawinan
Pemaknaan
tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan yang single dengan karyawan yang
sudah menikah. Penelitiannya membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga
memiliki perilaku relatif lebih baik dibandingkan dengan single ditinjau dari
segi absensi. Hal ini terjadi mungkin karena orang yang telah berumah tangga
memiliki tanggungan yang lebih besar sehingga membuat perilaku kerjanya lebih
meningkat dibanding sebelum menikah.
d. Masa
Kerja
Perilaku
individu yang berhubungan dengan masa kerja adalah berkaitan langsung dengan
senioritas dalam pekerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan
pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukkan bahwa belum
tentu yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktifitas yang lebih tinggi.
Karena bisa saja orang baru bekerja tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik
dari pekerjaan masa lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu
merupakan penentu masa depan seseorang dalam pekerjaan. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa hubungan positif antara lama masa kerja dengan kepuasan
kerja, artinya semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.
2. Kepribadian
Menurut
Prof. Dr. Jonanes Basuki, M.Psi (2015) dalam perkuliahan Teori dan Perilaku
Organisasi, kepribadian dibagi atas 2 (dua) macam yaitu introvert dan
ekstrovert. Introvert adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung
menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan kepuasan atas
pikiran dan perasaannya. Ekstrovert merupakan sifat kepribadian yang cenderung
mengarahkan perhatian kepada orang lain, kejadian di lingkungan dan
menghasilkan kepuasan dari stimulus lingkungan.
Holland
dalam Haryono (2001) memformulasikan tipe-tipe kepribadian sebagai berikut:
a. Tipe
realistic
Mereka
yang berada pada areal ini adalah cenderung sebagai orang yang memiliki
keengganan sosial, agak pemalu, bersikap menyesuaikan diri, materialistik,
polos, keras hati, praktis, suka berterus terang, asli, maskulin dan cenderung
atletis, stabil, tidak ingin menonjolkan diri, sangat hemat, kurang
berpandangan luas dan kurang mau terlihat.
b. Tipe
investigatif
Mereka
yang berada di dalam tipe ini cenderung berhati-hati, kritis, ingin tahu,
mandiri, intelektual, instropektif, introvert, metodik, agak pasif, pesimis,
teliti, rasional, pendiam, menahan diri dan kurang popular.
c. Tipe
artistik
Orang-orang
yang masuk tipe ini cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai orang yang
“agak sulit” (complicated), tidak teratur, emosional, tidak materialistik,
idealistis, imaginatif, tidak praktis, implusit, mandiri, introspeksi,
intuitif, tidak menyesuaikan diri dan orisinil/asli.
d. Tipe
sosial
Mereka
yang tergolong dalam tipe sosial cenderung untuk memperlihatkan dirinya sebagai
orang yang suka kerjasam, suka menolong, sopan santun (friendly), murah hati,
agak konservatif, idealistis, bersifat sosial dan bertanggung jawab.
e. Tipe
enterprising
Mereka
yang masuk dalam tipe ini cenderung memperlihatkan dirinya sebagai orang yang
gigih mencapai keuntungan, petualang, bersemangat (ambisi), dominan, energik,
optimis, percaya diri, sosial dan suka bicara.
f. Tipe
coventional
Mereka
yang masuk dalam tipe ini adalah orang-orang yang mudah menyesuaikan diri
(conforming), teliti, efisien, sopan santun, tenang, pemalu, patuh, teratur dan
cenderung rutin, keras hati, praktis, kurang imajinasi, tetapi kurang
mengontrol diri.
Dengan
demikian kepribadian sangat mempengaruhi perilaku individu didalam organisasi,
terkait dengan bentuk tipe kepribadian dari masing-masing individu. Oleh sebab
itu di dalam sebuah organisasi, perlu mengetahui kepribadian dari masing-masing
individu untuk membentuk perilaku individu yang baik.
3.
Kemampuan
Kemampuan
dalam hal ini adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan
dalam satu pekerjaan. Dengan memiliki kemampuan intelektual, spiritual,
emosional dan fisik yang baik pada seorang individu dapat mendukung perilaku
dan tindakannya dalam mencapai tujuan organisasi.
4.
Pembelajaran/Belajar
Perilaku
yang dibentuk dari pembelajaran/belajar yaitu hasil proses perubahan yang
relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu pengalaman
atau latihan.
5. Sikap
(attitude)
Sikap
merupakan suatu hal yang harus saling memahami antara pribadi dan orang lain.
Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola dengan
baik.
Menurut
Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi. (2015), definisi sikap dapat dijelaskan dalam
tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
- Kognitif, yaitu
berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika.
- Afektif, yaitu
berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan seseorang.
- Psikomotorik merupakan
kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
6.
Persepsi
Menurut
Gitosudarmo, I (1997), definisi persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan
menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dengan
persepsi yang benar bagi seorang individu akan menentukan perilaku dan tindakan
dilakukan oleh individu tersebut.
7.
Kepuasan Kerja
Apabila
seorang individu memiliki rasa puas terhadap pekerjaannya, maka perilaku baik
akan ditunjukkan oleh individu. Hal ini terkait dengan efektifitas organisasi
secara keseluruhan. Kepuasan kerja yang tinggi sangat mempengaruhi kondisi
kerja dan memberikan keuntungan nyata tidak saja bagi individu tetapi juga bagi
manajemen dan organisasi.
8. Stress
Stress yang
dimaksud di sini adalah pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan
adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat
lingkungan eksternal, organisasi maupun organisasi lain. Ketidakseimbangan ini
akan menampakkan perilaku yang tidak baik oleh individu. Maka organisasi perlu
memperhatikan keseimbangan kerja untuk menghindari stress yang berakibat buruk
bagi organisasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
Dengan
mengetahui perilaku individu, kelompok dalam organisasi dapat diketahui
beberapa hal sebagai berikut:
1. Dapat
memahami perilaku individu yang terdapat di dalam organisasi.
2. Meramalkan
kejadian-kejadian yang terjadi di dalam organisasi.
3. Mengendalikan
perilaku.
Dalam bekerja
di dalam sebuah organisasi perlu ada etika organisasi, yang dapat menuntun
setiap individu yang terkait dalam organisasi dapat memahami dan bertindak
sesuai dengan tujuan organisasi. Hal ini terkait dengan perilaku masing-masing
individu dalam bekerja.
Oleh sebab
itu, perlu setiap individu dari masing-masing organisasi memahami secara
mendalam peran dan fungsi dari masing-masing individu di dalam bekerja dengan
bertoleransi dan saling pengertian. Hal ini bertujuan agar pencapaian tujuan
organisasi dalam dicapai dengan efektif, efisien, produktif dan rasional.
3.2. SARAN
Dengan
demikian beberapa perilaku yang harus diperhatikan dalam mewujudkan tujuan
organisasi melalui bekerjanya individu sesuai dengan perilaku yang baik agar
hasil kinerja dapat dicapai dengan efektif, efisien, rasional dan produktif.
Berikut ini perilaku yang
diharapkan dimiliki oleh setiap individu:
1.
Disiplin, adalah perilaku tertib, taat dan
sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. Contohnya, datang tepat waktu.
2.
Jujur, adalah perilaku dapat dipercaya.
3.
Loyal, yaitu sikap perilaku patuh dan setia.
4.
Cekatan, Ulet dan Ringan Tangan, yaitu
perilaku yang selalu ingin bekerja walaupun tidak disuruh/diperintahkan.
5.
Saling Menghargai, yaitu perilaku yang saling
menghargai antara sesama anggota organisasi untuk membangun hubungan kerjasama
yang baik.
6.
Tidak KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
dalam bekerja.
7.
Rasional, bekerja sesuai fakta dan masuk akal.
8.
Efektif, bekerja mencapai tujuan sesuai dengan
yang telah ditetapkan
9.
Efisien, bekerja hemat waktu, uang, tepat
sasaran, tepat guna dan tidak boros.
10.
Produktif, bekerja dengan menghasilkan hal
yang diharapkan untuk menunjang pencapaian tujuan.
Hendaknya disetiap organisasi
perlu memiliki azas-azas atau prinsip-prinsip organisasi, seperti:
1. Kejelasan
tujuan, visi dan misi
2.
Pembagian habis tugas
3.
Rentang kendali
4.
Koordinasi
5.
Integrasi
6.
Sikronisasi
7.
Beban kerja
8.
Tidak duplikasi
9.
Fungsional
10.
Komunikasi/tatahubungan
11.
Kejelasan komando
12.
Kejelasan hirarki
13.
Proporsionalitas
14.
Kesinambungan
15.
Keluwesan
16.
Pendelegasian wewenang
17.
Legalitas
Referensi:
Muh. Iqbal Fadillah. 2015. Materi
Perkuliahan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta. STIA LAN
Dr. Asmawi Rewansyah, MSC. 2012.
Cetakan ke 2. Reformasi Birokrasi Dalam
Rangka Good Governance. Jakarta Timur. PT. Rizky Grafis.
______________________. 2012.
Cetakan ke 2. Kepemimpinan Dalam
Pelayanan Publik. Jakarta Timur. PT. Rizky Grafis.
http://www.scribd.com/doc/34718089/PERILAKU-KEORGANISASIAN
https://www.academia.edu/6449561/PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI
https://www.academia.edu/4844969/PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI
http://iraitha.blogspot.com/2014/02/tugas-keorganisasian-dosen-mointi.html
http://putriajengjanuarti.blogspot.com/2012/03/perilaku-keorganisasian.html
http://missdeanyta.blogspot.com/2012/09/artikel-perilaku-keorganisasian.html
http://syakira-blog.blogspot.com/2008/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
https://ariffirmansyahh.wordpress.com/2012/01/10/perilaku-individu-dalam-kelompok/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran yang membangun ya... tq ^_^ (jangan makian, ingat dosa)